"Kalau mirip pasti jodoh!" emang iya?


Pernah dengerin lagunya Tulus yang berjudul Hati-Hati di Jalan?

Lirik yang paling ear-cathing karena liriknya unik tuh "Kukira asam dan garam, dan kita bertemu di belanga". Kira-kira paham tidak ya teman-teman dengan phrasa ini? Kalau belum paham aku kasih tahu. Jadi lirik itu adalah peribahasa Indonesia "Asam di gunung, garam di laut, bertemu di belanga" yang artinya sesuatu yang telah ditakdirkan bersama walaupun dipisahkan sejauh mungkin, pada akhirnya akan tetap bersama (BIPA Kemendikbudristek). Singkatnya kalau sudah berjodoh, mau kemanapun pasti bertemu. 

Berarti apakah ada batasan perihal jodoh ini? Apakah ada kategori khusus yang harus kita miliki untuk bisa memiliki jodoh atau berjodoh dengan seseorang? 

Perlu kita kotak kan, jodoh disini lebih khusus konteksnya adalah hubungan romantis yang biasanya mengarah pada suatu ikatan yang kebanyakan berakhir pada pernikahan. 

Pernah tidak, ada dua sejoli pasangan kekasih sedang bersama, terus ada yang nyeletuk "mirip (wajahnya) ya, pasti jodoh" atau juga ada yang bilang, "kalian itu mirip (wajahnya), biasanya sih jodoh" atau juga ada sepasang kekasih yang memiliki watak mirip kemudian dituduh berjodoh. 

Ini pendapat, yang seharusnya punya dua sisi, ada yang setuju ada juga yang tidak. Memang, semua hal pasti punya sisi negatif dan positif sih. Nah aku bakal mengutarakan pendapatku juga perihal pemikiran tentang "jodoh itu mirip". 

Pemikiran itu menjadi kegusaranku karena terlalu sering diucapkan oleh orang-orang di sekitarku. Terlalu banyak sehingga menjadi sebuah keyakinan. Sehingga banyak yang mulai kehilangan percaya bahwa kalau tidak mirip berarti sulit untuk bisa bersama. Sehingga banyak yang mulai ragu "apakah mereka berjodoh?" saat saling memperhatikan diri masing masing. 

Aku setuju dengan kalimat "jodoh adalah cerminan dari diri sendiri" tapi banyak yang salah mengartikan bahwa jodoh itu berarti sama. Padahal kan kalau kita lihat dari sudut pandang yang berbeda, kalau kita sedang bercermin itu yang ada di depan kita adalah diri kita versi terbalik kan? Saat menggunakan tangan kanan maka dalam cermin menjadi tangan kiri, saat kita mengedipkan mata kiri maka mata kanan yang akan tampak berkedip di cermin. Bisa diartikan bahwa jodoh kita ya yang berketerbalikan dengan kita. Seperti yang orang-orang juga sering ucapkan tentang "jodoh itu saling melengkapi, karena pasti ada kekurangan dan kelebihannya".

Tidak ada manusia yang sempurna, memang. Tapi bukan juga berarti kita akan berpasrah diri menerima setiap orang yang datang pada kita. Semua yang berjodoh dengan kita memang pasti pada akhirnya akan bertemu dengan kita, tapi juga bukan berarti kita tidak berusaha apapun. Kita berusaha untuk menjadi lebih baik dari diri kita sebelumnya. Menjadi yang akan selalu berbenah dan tidak menyerah pada apa yang sedang kita usahakan saat ini. 

Jodoh itu akan datang di waktu yang tepat di saat yang tepat. Aku meyakini bahwa ketepatan jodoh datang juga berkaitan dengan diri kita yang sudah siap secara banyak hal entah siap untuk belajar menjadi lebih baik atau benar benar sudah siap karena telah banyak belajar sebelumnya di berbagai aspek. 

Apakah kalau mirip itu pasti jodoh? tidak lah. Belum tentu, jangan terlalu berpikir bahwa setiap hal kalau sudah nyaman di depan berarti akan terus nyaman hingga akhir. Kita akan mengira bisa bersama ternyata bisa saja memilih jalan yang berbeda. Semua kemungkinan bisa terjadi termasuk perihal menyakiti, bisa saja kita menjadi korban atau menjadi pelaku. Semua jodoh datang pada waktu yang tepat, pasti akan datang. Jika tidak bisa bersama, itu urusan kita mau memilih untuk menerima kedatangannya atau menghindarinya. Jodoh itu konsepnya kasat mata, meskipun objeknya nyata. Jadi selalu seimbangkan perasaan dan pemikiran agar tidak melewatkan yang seharusnya sudah ditemukan. 

Komentar

Postingan Populer