Bukannya single itu pilihan? Bukan sebuah petaka. Apakah menikah adalah sebuah petaka? Harusnya sih bahagia.


Seharian ini aku sudah ditawarkan banyak hal. Trus ada yang ngomong "gpp mbk, mumpung masih single, lakuin aja semuanya, guru penggerak ada ikut, ada yg minta les iyain" 

Trus otakku bilang "lahh, kok mumpung single? Bukannya single itu pilihan? Atau hubungan apapun itu"

Kalopun you stuck tidak bisa melakukan banyak hal setelah menikah, itu pilihan. Itu tentang komunikasi dan kolaborasi antara dua pihak kan harusnya? 

Kalau sampai ada kalimat "yah gini kalo nikah, apalagi uda punya anak, gabisa ngapa ngapain." atau "pas uda nikah susah ngejar karir soalnya pasti ngurus anak sendiri" atau juga "repot kalo uda ibu ibu gabisa kemana mana, apalagi kerja, nanti pulang uda ngurus anak". 

Pertanyaanku, "bapaknya kemana?"

Bukankah hal seperti itu adalah urusan semua pihak ya? yang punya anak kan bukan ibu aja, ada kolaborasi antara bapak sama ibu kan harusnya?

Trus ada yang complain "kamu bisa ngomong gitu soalnya belum nikah, belum punya anak"

Bener, aku belum nikah dan belum punya anak. Dan ini pilihanku saat ini. 

Aku memilih untuk menikah dengan orang yang tepat di kondisi yang baik. Aku memilih untuk terus berusaha menjadi seseorang yang lebih baik, tidak sempurna, tapi lebih baik dari sebelumnya. Aku berusaha dan berdoa. Aku yakin, kita berhak memilih untuk berpasangan dengan siapapun, apalagi dia adalah orang yang juga selalu berusaha untuk menjadi lebih baik. 

"Gimana usaha kita biar bisa tau dia yang tepat?"

Harusnya bisa diobrolin, sih.

Wanita ini punya insting dan intuisi yang kuat, sering banget kan sebenarnya red flag dari para laki-laki muncul waktu kita ngobrol atau bercengkrama. Cuma wanita sering bodoh karena terlalu didominasi oleh hati, kalau sudah terlanjur suka ya buta. 

Tapi apa berarti kita harus terus mengalah pada hati?

Bukannya kita juga punya otak? Kalau otaknya tidak terpakai, berarti kita lalai untuk memanfaatkan anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan, kan?! Dzolim ke diri sendiri, berarti. 

Jadi, apapun itu, you choose your own happiness. Caranya, tentu saja dengan berusaha dan berdoa, meminta ke Tuhan, jika memiliki keyakinan dan keimanan. Tidak perlu berlagak angkuh. 

"Tapi aku uda berdoa dan tidak mendapatkan yang aku inginkan"

Itu berdoa, apa maksa? Kok kayak penjahat kalo ngga dikasi marah"

Namanya juga minta, ya urusan yang mau ngasi. Konsep nya Give and Take kan?

Kita mendapat setelah memberi. Apakah usahamu sesuai dengan besaran harapan/tujuan/cita-cita yang ingin kamu capai?

Diskusikan lagi dengan diri sendiri. 

---

Aku pernah ngobrol sama seorang teman, sebenarnya dia guru ku waktu SMP, tapi kini menjadi rekan kerja. 

Isi percakapannya, kurang lebih begini:

S: Saya

D: Dia

S, "saya gak pernah berdoa dan minta sama Allah"

D, "loh, kenapa? kan ada yang namanya ikhtiar dan doa"

S, "kan kita sebelum lahir sudah punya takdir dan rejeki yang ditentukan? tinggal ngikutin jalurnya. Mau minta juga akhirnya tetep ngga tercapai."

D, "gak bisa gitu dek, apapun itu tetap minta ke Allah. Analogi nya gini, aku seorang ibu dan punya anak, trus karena dia sekolah aku kasi uang saku tiap bulan sejumlah yang ditentukan. Misal 500 ribu. Tapi ternyata dia butuh beli hal lain karena ada tugas, trus sumbangan, ada juga harus beli buku paket, yang totalnya lebih dari 500ribu. Memang dia sudah aku kasih uang saku 500ribu perbulan, trus berarti selama dia sebulan ngga jajan? Ngga, kan?!"

S, "Tapi kan anda tau, kalau namanya anak sekolah pasti butuh banyak hal, harusnya sudah disediakan kan? Uang jajannya dilebihin dong"

D, "Ok, tapi apakah uang yang aku kasih lebih itu tepat sasaran? kalau ternyata dia butuhnya bulan Maret, tapi aku kasi bulan Februari? Berarti tidak tepat waktu. Bisa aja uangnya kepake duluan, kita ngga tau lalainya manusia kan? Karena aku sudah ngasi bekal sebanyak 500ribu perbulan. Berarti dia perlu minta uang lebih ke aku kan? Dia perlu bilang, dia butuh apa, dengan menjelaskan detail detail terkait kebutuhannya biar tepat sasaran dan sesuai kebutuhan."

S, "Oke, terus?"

D, "Ya gitu juga konsep doa. Walaupun semua sudah ditakdirkan oleh Allah, apa kamu tidak berhak meminta? Berhak banget. Kamu kasih tau Allah apa aja yang kamu inginkan, kamu butuhkan, harapanmu, dan tujuan yang ingin kamu capai. Itu konsep berdoa dan ikhtiar, jangan ikhtiar aja. Allah ya juga pengen dianggep dengan kita berdoa. Sama kayak orang tua ke anak, orang tua juga perlu komunikasi dengan anak, ngobrol dia pengennya gimana dan apa"

S, "Tapi banyak kan yang uda berdoa tapi ngga dapat yang diinginkan?"

D, "Tapi kan sesuai dengan usaha mereka juga, masa besaran doa nya daripada usaha nya?! Allah juga ragu, ini serius minta atau sekedar bagaimana? Berarti dia ngga serius menginginkan yang diminta. Kita aja ngga serius pada apa yang kita inginkan, apalagi Allah dan Malaikat yang akan menurunkan rejeki kita."

S, "O gituuu, bener juga sih. Rasanya kayak aku sombong banget nggak pernah minta ke Allah. Tapi aku takut kecewa kalau doa ku tidak terwujud"

D, "Ya doa itu harus di dasari Ikhlas dan Pasrah. Ngga bisa maksa agar terwujud, kalaupun pengen ngotot, ya usahanya juga harus lebih keras dari batas yang kamu punya. Allah pasti tahu mana yang bersungguh-sungguh. Secara alami pun, hasil tidak akan mengkhianati proses kan?"

S, "Jadi kuncinya di ikhlas ya?"

D, "Sabar juga"

S, "Baiklah, terimakasih pencerahannya."

__

Dari percakapan itu akhirnya aku percaya kalau aku ini memang terlalu angkuh, ngakunya aja beriman, tapi kok tingkah nya kayak ngga punya Tuhan?

Katanya berusaha untuk bertaqwa tapi kok belum berserah?

Aku juga percaya pada Law of Attraction. Hukum tarik-menarik. Agar yang kita inginkan tertarik, berarti kita harus menjadi sesuatu yang menarik. Kita yakin pada hal yang kita inginkan, ya itu yang akan terjadi pada kita dan yang kita dapatkan. 

Seperti orang orang juga sering bilang, kekuatan sugesti. Kita percaya itu yang terjadi.

Jadi kesimpulannya? 

Apakah menjadi single adalah beban? atau kutukan?

Apakah menjadi single tidak bahagia? Apakah setelah menikah berarti kita terkekang? 

Apakah kita tidak bisa memilih dan menciptakan jalan yang bahagia?


Komentar

  1. Ulasannya asik , nyaman gk mbosenin untuk di baca... semangat mbak

    Ditunggu tulisan selanjutnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer